Jalan-jalan di Malioboro

Jalan-jalan di Malioboro
Liburan natal 2009

Sabtu, 27 Februari 2010

LIBURAN KE BALI

Habis rekreasi di Bandung dengan guru & karyawan se-BPK PENABUR Jakarta, kami (guru-guru SMPK 3 PENABUR) rekreasi ke Bali pada tgl. 18 - 21 Juni 2006. Waktu itu PIC-nya aku lagi bekerja sama dengan Awi dari Citra Jaya Lestari. Dia selalu kasih harga murah. Percaya gak, kami menginap di Hotel Karthi Inn di Jalan Kartika Plaza, depannya Waterbom Bali, dan naik pesawat Air Asia pp, 4 D 3 N, cuma bayar Rp 1.525.000,00. Tapi,untuk makan, kami mengatur sendiri.

Hari pertama, setelah tiba di hotel, aku dijemput adikku & suaminya. Lalu diajak makan ayam betutu, masakan khas Bali. Sebenarnya ditawari babi guling, tapi aku gak mau. Tak lama setelah makan siang, adikku langsung mengantarku ke pusat belanja pakaian dan souvenir khas Bali di Toko Erlangga. Toko ini udah terkenal, cari aja di Google. Harganya murah-murah menurutku. Gak usah tawar-menawar seperti di Pasar Seni Sukowati. Kami menghabiskan waktu 2-3 jam di toko itu. Ini baru namanya berbelanja, bukan sekedar melihat-lihat. Hari pertama itu kuhabiskan uang Rp 500.000 cuma buat beli kaos-kaos gitu deh.

Setelah hampir pingsan karena kecapaian, adikku mengajakku ke rumahnya. Baru pertama kali itu aku ke rumahnya sejak dia pindah ke Bali tahun 2002.Puas ngobrol-ngobrol, aku diantar lagi ke hotel. Semua temanku udah pada balik dari acara bebas masing-masing. Belum capai juga, jam 21.00 aku, Gratia, n Richard pergi ke Discovery Shopping Mall, di sebelah hotelku. Kami langsung menuju ke bagian belakang mall tersebut, yaitu Pantai Kuta. Kami bertiga nongkrong di depan cafe yang ada live musicnya, sambil mengamati pantai yang gelap, dan pesawat yang mondar-mandir di atas laut. Ujung Bandara Ngurah Rai kan udah laut. Kami ngobrol sampai jam 23.30.

Hari kedua, pagi-pagi aku n Gratia udah ke Pantai Kuta di belakang hotel buat berfoto ria. Masing-masing bawa kamera,dan gilanya kami berdua narsis banget. Entah berapa ratus jepretan waktu pergi 4 hari ke Bali itu. Setelah puas jeprat-jepret di pantai, kami balik ke hotel, dan teman-teman ternyata udah menunggu. Objek kunjungan kami hari itu adalah ke Tanah Lot, Kintamani, Sangeh (kerajaan monyet), dan Danau Beratan atau Bedugul, yang ada Pura Ulun Danu.

Dari keempat objek wisata tersebut, aku tertarik dengan Kintamani dan Danau Beratan. Kintamani adalah daerah dataran tinggi. Di sana ada Gunung batur dan Danau Batur. Lava dari Gunung Batur yang meletus, lama-kelamaan mengendap, mengeras, dan berwarna hitam. Sayang seribu sayang, udah jauh-jauh ke sana, pemandangan yang bagus itu tiba-tiba lenyap tertutup kabut. Wah, gigit jari deh. Aku belum sempat mengabadikan gambarnya.

Kami turun melewati Candi Kuning. Kalau gak salah pasar buah-buahan yang terkenal di bali, tapi kami enggak mampir. Kami terus meluncur menuju Danau Beratan atau Bedugul. Begitu sampai ... hiii dingiiin! Untung Laoshi Rena baru saja beli syal, jadi bisa kupinjam, hi hi hi curang. Pura Ulun Danu di tengah danau, gak terlalu ke tengah sih. Rasanya seperti di negeri para dewata. Ketika melihat tamannya yang indah, mataku langsung terbelalak, dan ingin segera berpose sebanyak-banyaknya. Tapi Bu Lily lain lagi, dia kan tergila-gila pada tanaman, jadi dia langsung membeli anggrek di florist dekat situ. Di rumahnya ada bermacam-macam anggrek dari berbagai daerah. Ketika perut mulai melilit, kami pun meninggalkan Danau Beratan untuk makan malam.

Hari ketiga. Eh, kok aku masih ingat dengan mendetail ya, padahal aku gak punya catatan sama sekali loh. Dan ini udah terjadi 3,5 tahun yang lalu. Hari ketiga kami pergi ke pusat kerajinan perak di Celuk. Wuih, harganya mahal-mahal, mendingan beli perak di Kotagede Yogya. Aku gak beli apa pun. Lalu kami ke Galuh, pusat kerajinan batik khas Bali. Wow, harganya mahal-mahal juga. Alhasil, kami hanya numpang berfoto-foto di halaman belakangnya. Dua objek ini gak menarik sama sekali. Ini bukan buat turis domestik seperti kami, tapi buat turis mancanegara. Kami segera memutuskan untuk menuju Pura Tirta Empul. Tirta itu air. Empul itu seperti buih-buih yang muncul dari dasar kolam. Di tempat itu ada sumber air yang dipakai orang-orang untuk mandi, menyucikan diri. Setiap kali kami masuk ke pura, kami harus memakai semacam selendang yang dililitkan di pinggang.Kami tidak boleh memakai celana pendek dan pengunjung wanita tidak boleh dalam keadaan sedang haid. Di atas Pura Tirta Empul terlihat Istana Tampak Siring. Setelah puas melihat-lihat Tirta Empul, kami menuju Pasar Seni Sukowati. Kita harus pandai-pandai menawar. Kalau gak bisa menawar, kayak aku, gak usah belanja karena kita akan menyesal setelah tahu harga yang sebenarnya. Misalnya, harga yang ditawarkan Rp 100.000, kita harus menawarnya Rp 25.000. Kalau gak boleh tinggal pergi aja, nanti harga akan turun dengan sendirinya tanpa kita tawar, dan kita akan dipanggil-panggil sama penjualnya. Bener gak temen-temenku yang di Bali (Bli Komang, Bli Wayan, Bli Eka?)

Hari keempat, hari terakhir. O, ya urusan makan-makannya di mana aja gak usah kuceritakan karena gak penting. Hari terakhir itu kami ke Tanjung Benoa, yakni laut yang sering digunakan untuk ajang water sport, seperti banana boat, parasailing, dan jet ski. Anginnya kencang banget bikin pusing.Yang begini ini aku gak suka. Karena bosan, kami memutuskan pergi ke Garuda Wisnu Kencana dan Pantai Dreamland. Lihat foto-fotonya aja, gak usah kuceritakan.

Akhirnya, sebelum ke bandara, kami sempatkan dulu untuk berbelanja di Joger, yang hanya ada satu di Bali. Tidak buka cabang dan tutupnya pun jam 18.00 WITA. Pembeli harus ngantre untuk membayar di kasir karena tempatnya tidak terlalu luas. Kalau di Yogya pabrik kata-kata seperti JOGER ini namanya DAGADU (artinya matamu).
Sekilas tentang hotel tempat kami menginap -- Karthi Inn --, letaknya strategis karena dekat dengan bandara, di belakangnya udah Pantai Kuta, depannya Waterbom Bali, dekat Discovery Shopping Mall, dekat toko-toko kerajinan tangan, dekat Joger (cukup jalan kaki), dan dekat dengan Legian yang dibom sama teroris waktu itu.

1 komentar: