Jalan-jalan di Malioboro

Jalan-jalan di Malioboro
Liburan natal 2009

Jumat, 09 April 2010

Ketika Aku Jatuh Cinta


Ketika aku jatuh cinta,
aku ingin selalu bersamanya.
Dalam kebahagiaan,
ingin tersenyum bersamanya,
dan menjadi satu dalam rengkuhannya.
Dalam kesedihan,
ingin menangis dalam pelukannya,
dan menjadi tenang karenanya.

Ketika aku jatuh cinta,
aku akan kehilanganmu
saat aku mengatakan 'selamat tinggal'
dan hatiku akan merindukanmu
saat aku mengatakan 'halo?'

Ketika aku jatuh cinta,
seluruh luka lama dan penderitaanku
serasa menjadi kabur dan berangsur hilang
dan aku akan menjadi kuat.

Ketika aku jatuh cinta,
aku ingin kau selalu bahagia,
dan merasa seperti orang yang paling bahagia
saat bersamaku ...

Karena itu semua
adalah yang ingin kurasakan
saat aku jatuh cinta kepadamu.

Sabtu, 27 Februari 2010

LIBURAN KE BALI

Habis rekreasi di Bandung dengan guru & karyawan se-BPK PENABUR Jakarta, kami (guru-guru SMPK 3 PENABUR) rekreasi ke Bali pada tgl. 18 - 21 Juni 2006. Waktu itu PIC-nya aku lagi bekerja sama dengan Awi dari Citra Jaya Lestari. Dia selalu kasih harga murah. Percaya gak, kami menginap di Hotel Karthi Inn di Jalan Kartika Plaza, depannya Waterbom Bali, dan naik pesawat Air Asia pp, 4 D 3 N, cuma bayar Rp 1.525.000,00. Tapi,untuk makan, kami mengatur sendiri.

Hari pertama, setelah tiba di hotel, aku dijemput adikku & suaminya. Lalu diajak makan ayam betutu, masakan khas Bali. Sebenarnya ditawari babi guling, tapi aku gak mau. Tak lama setelah makan siang, adikku langsung mengantarku ke pusat belanja pakaian dan souvenir khas Bali di Toko Erlangga. Toko ini udah terkenal, cari aja di Google. Harganya murah-murah menurutku. Gak usah tawar-menawar seperti di Pasar Seni Sukowati. Kami menghabiskan waktu 2-3 jam di toko itu. Ini baru namanya berbelanja, bukan sekedar melihat-lihat. Hari pertama itu kuhabiskan uang Rp 500.000 cuma buat beli kaos-kaos gitu deh.

Setelah hampir pingsan karena kecapaian, adikku mengajakku ke rumahnya. Baru pertama kali itu aku ke rumahnya sejak dia pindah ke Bali tahun 2002.Puas ngobrol-ngobrol, aku diantar lagi ke hotel. Semua temanku udah pada balik dari acara bebas masing-masing. Belum capai juga, jam 21.00 aku, Gratia, n Richard pergi ke Discovery Shopping Mall, di sebelah hotelku. Kami langsung menuju ke bagian belakang mall tersebut, yaitu Pantai Kuta. Kami bertiga nongkrong di depan cafe yang ada live musicnya, sambil mengamati pantai yang gelap, dan pesawat yang mondar-mandir di atas laut. Ujung Bandara Ngurah Rai kan udah laut. Kami ngobrol sampai jam 23.30.

Hari kedua, pagi-pagi aku n Gratia udah ke Pantai Kuta di belakang hotel buat berfoto ria. Masing-masing bawa kamera,dan gilanya kami berdua narsis banget. Entah berapa ratus jepretan waktu pergi 4 hari ke Bali itu. Setelah puas jeprat-jepret di pantai, kami balik ke hotel, dan teman-teman ternyata udah menunggu. Objek kunjungan kami hari itu adalah ke Tanah Lot, Kintamani, Sangeh (kerajaan monyet), dan Danau Beratan atau Bedugul, yang ada Pura Ulun Danu.

Dari keempat objek wisata tersebut, aku tertarik dengan Kintamani dan Danau Beratan. Kintamani adalah daerah dataran tinggi. Di sana ada Gunung batur dan Danau Batur. Lava dari Gunung Batur yang meletus, lama-kelamaan mengendap, mengeras, dan berwarna hitam. Sayang seribu sayang, udah jauh-jauh ke sana, pemandangan yang bagus itu tiba-tiba lenyap tertutup kabut. Wah, gigit jari deh. Aku belum sempat mengabadikan gambarnya.

Kami turun melewati Candi Kuning. Kalau gak salah pasar buah-buahan yang terkenal di bali, tapi kami enggak mampir. Kami terus meluncur menuju Danau Beratan atau Bedugul. Begitu sampai ... hiii dingiiin! Untung Laoshi Rena baru saja beli syal, jadi bisa kupinjam, hi hi hi curang. Pura Ulun Danu di tengah danau, gak terlalu ke tengah sih. Rasanya seperti di negeri para dewata. Ketika melihat tamannya yang indah, mataku langsung terbelalak, dan ingin segera berpose sebanyak-banyaknya. Tapi Bu Lily lain lagi, dia kan tergila-gila pada tanaman, jadi dia langsung membeli anggrek di florist dekat situ. Di rumahnya ada bermacam-macam anggrek dari berbagai daerah. Ketika perut mulai melilit, kami pun meninggalkan Danau Beratan untuk makan malam.

Hari ketiga. Eh, kok aku masih ingat dengan mendetail ya, padahal aku gak punya catatan sama sekali loh. Dan ini udah terjadi 3,5 tahun yang lalu. Hari ketiga kami pergi ke pusat kerajinan perak di Celuk. Wuih, harganya mahal-mahal, mendingan beli perak di Kotagede Yogya. Aku gak beli apa pun. Lalu kami ke Galuh, pusat kerajinan batik khas Bali. Wow, harganya mahal-mahal juga. Alhasil, kami hanya numpang berfoto-foto di halaman belakangnya. Dua objek ini gak menarik sama sekali. Ini bukan buat turis domestik seperti kami, tapi buat turis mancanegara. Kami segera memutuskan untuk menuju Pura Tirta Empul. Tirta itu air. Empul itu seperti buih-buih yang muncul dari dasar kolam. Di tempat itu ada sumber air yang dipakai orang-orang untuk mandi, menyucikan diri. Setiap kali kami masuk ke pura, kami harus memakai semacam selendang yang dililitkan di pinggang.Kami tidak boleh memakai celana pendek dan pengunjung wanita tidak boleh dalam keadaan sedang haid. Di atas Pura Tirta Empul terlihat Istana Tampak Siring. Setelah puas melihat-lihat Tirta Empul, kami menuju Pasar Seni Sukowati. Kita harus pandai-pandai menawar. Kalau gak bisa menawar, kayak aku, gak usah belanja karena kita akan menyesal setelah tahu harga yang sebenarnya. Misalnya, harga yang ditawarkan Rp 100.000, kita harus menawarnya Rp 25.000. Kalau gak boleh tinggal pergi aja, nanti harga akan turun dengan sendirinya tanpa kita tawar, dan kita akan dipanggil-panggil sama penjualnya. Bener gak temen-temenku yang di Bali (Bli Komang, Bli Wayan, Bli Eka?)

Hari keempat, hari terakhir. O, ya urusan makan-makannya di mana aja gak usah kuceritakan karena gak penting. Hari terakhir itu kami ke Tanjung Benoa, yakni laut yang sering digunakan untuk ajang water sport, seperti banana boat, parasailing, dan jet ski. Anginnya kencang banget bikin pusing.Yang begini ini aku gak suka. Karena bosan, kami memutuskan pergi ke Garuda Wisnu Kencana dan Pantai Dreamland. Lihat foto-fotonya aja, gak usah kuceritakan.

Akhirnya, sebelum ke bandara, kami sempatkan dulu untuk berbelanja di Joger, yang hanya ada satu di Bali. Tidak buka cabang dan tutupnya pun jam 18.00 WITA. Pembeli harus ngantre untuk membayar di kasir karena tempatnya tidak terlalu luas. Kalau di Yogya pabrik kata-kata seperti JOGER ini namanya DAGADU (artinya matamu).
Sekilas tentang hotel tempat kami menginap -- Karthi Inn --, letaknya strategis karena dekat dengan bandara, di belakangnya udah Pantai Kuta, depannya Waterbom Bali, dekat Discovery Shopping Mall, dekat toko-toko kerajinan tangan, dekat Joger (cukup jalan kaki), dan dekat dengan Legian yang dibom sama teroris waktu itu.

Berwisata ke Bandung dengan Keluarga Besar BPK PENABUR

Bandung sebenarnya sudah tidak asing buatku karena aku pernah mengajar di sana selama satu tahun. Tapi, itu sudah bertahun-tahun yang lalu, tepatnya periode tahun 1993/1994. Dan sesudah tahun 1994 aku juga sering pergi ke Bandung untuk berbagai urusan. Nah, saat BPK Penabur Jakarta mengadakan acara rekreasi ke Bandung pada penghujung Maret 2006, aku pun mendaftar karena Bandung memang tidak membosankan.

Ini sebenarnya merupakan rangkaian perjalanan Garut-Bandung. Tapi, sengaja kupisah supaya lebih terfokus ke tiap kota. Setelah meninggalkan Garut pada pukul 09.30, akhirnya kami tiba di Bandung saat makan siang. Kami makan siang di Restoran Sindang Reret yang terletak di Jalan Suropati No.35 Cibeunying Bandung. Selain di Jalan Suropati, restoran ini juga bisa dijumpai di Lembang dan Ciwidey, Bandung Selatan. Resto Sindang Reret yang terletak di Lembang lebih luas karena ada hotelnya, ada arena untuk out bond, dan play ground. Menu yang tersedia adalah masakan khas Sunda, seperti ikan bakar, ikan goreng, karedok, dan nasi timbel. Sebenarnya masih ada jenis masakan lain, tapi yang kuingat hanya itu.

Menu yang dipesan oleh panitia buat kami adalah nasi timbel. Nasi timbel ini adalah nasi yang dibungkus daun pisang dengan lauk berupa ayam/empal goreng, tahu & tempe goreng, pepes tahu/teri, ikan asin jambal roti, rempeyek kacang, dan lalapan. Semua itu disajikan dalam piring yang terbuat dari anyaman bambu/rotan. Harga satu paket itu dulu Rp 25.000.

Seusai makan siang, kami dibawa ke factory outlet yang terletak di Jalan Juanda dan Jalan Riau. Di situ memang pusatnya FO, seperti HERITAGE, THE SUMMIT, STAR FASHION, RICH & FAMOUS, dll. Harganya menurutku lebih murah di ITC Mangga Dua. Harga kaos per potong di FO minimal Rp 75.000. Tapi, kalau di FO kan ada embel-embelnya sisa ekspor. Aku tidak tertarik untuk membeli apa pun di FO tersebut. Di Jakarta saja banyak, ngapain beli di Bandung. Kalau pergi ke Bandung, aku lebih suka berwisata kuliner dan membeli makanan khas Bandung buat oleh-oleh – biasanya di Kartikasari Jalan Juanda atau Jalan Kebon Kawung --.

Saat makan malam tiba, kami dibawa ke Restoran Hotin di Jalan Sudirman No. 178. Menunya Chinese Food. Di sini diadakan acara kebersamaan dan pembagian door prize. Seperti biasa, aku tidak pernah beruntung mendapatkannya. Ana juga tidak mendapat apa-apa. Waktu acara Family Day di Ancol, door prizenya ada beberapa unit sepeda motor, kulkas, televisi, mesin cuci, handphone, kamera digital, dll. Door prize yang di Bandung ini hanya berupa uang tunai dan tape recorder.

Setelah acara selesai pada pukul 21.00, kami segera menuju Hotel Sukajadi – hotel bintang tiga --. Ketika kulihat brosurnya, kok desainnya mirip dengan Hotel Mutiara di Jalan Kebon Kawung. Ternyata pemiliknya bersaudara. Sebenarnya Awi mau mengajak Aku dan Ana makan serabi/surabi di Jalan Setiabudi depan Kampus Enhaii, tapi kami sudah kekenyangan sehingga yang pergi hanya Awi dan dua tour leadernya. Serabi yang dijual di sana ada bermacam-macam rasa, tapi aku lebih suka serabi solo karena lebih gurih rasanya. Apalagi yang memakai topping nangka, hmm yummy!

Setelah check out dari hotel pada pukul 08.00, kami menuju ke Rumah Stroberi di Lembang. Arahnya dekat dengan Restoran Kampung Daun dan Restoran The Peak. Kubayangkan kami akan memanen stroberi. Ternyata sesampainya di sana, stroberi sudah dipanen sehari sebelum kami datang. Kalau tidak segera dipanen, stroberi akan membusuk. Yah, cuma melihat-lihat tanaman stroberi tanpa buah dan membeli jus stroberi.

Dari Rumah Stroberi, kami menuju Cihampelas. Orang-orang berbelanja pakaian dan makanan buat oleh-oleh. Aku dan Ana cuma duduk-duduk di dekat bus sambil makan es durian dan mi kocok Bandung. Aku tidak tertarik membeli pakaian di sana walaupun harganya murah-murah. Pikirku, di Jakarta City Center, Jatinegara, Tanah Abang, Pasar Baru, dan Mangga Dua juga banyaaaaaaaak. Pokoknya waktu itu aku lagi bad mood buat berbelanja pakaian.

Jalan Cihampelas kan sudah di bawah dekat dengan pintu tol ke Jakarta, eh kami naik lagi ke Sukajadi atau Setiabudi (lupa) untuk makan siang di Restoran Daun Pisang. Menunya Sundanese Food. Kelihatannya orang-orang sudah loyo sehingga dari makan siang kami langsung kembali ke Jakarta. Sebenarnya masih ada satu objek kunjungan lagi, yaitu tempat pemerahan susu sapi di Padalarang. Di sana yoghurtnya sangat enak. Dijual per kemasan 250 ml dengan harga Rp 12.500. Di dalam kemasan plastik tersebut masih ada potongan-potongan buah sesuai dengan rasa yoghurtnya.
Acara jalan-jalan ke Bandung dengan BPK Penabur Jakarta selesai sampai di sini. Tahun berikutnya akan ada lagi.

KENANGAN DI GARUT

Saat check in di Hotel Sumber Alam (sekarang namanya diganti menjadi Kampung Sumber Alam), hari sudah malam, sudah pukul 19.30. Kami –- aku, Ana, Wiwin, Triana – mendapat kamar tipe SUITE ARILEU, yang jumlahnya hanya dua, satu buat kami, dan satu lagi buat Awi beserta 2 anaknya yang masih balita, baby sitternya, dan tour leadernya. Kedua anak Awi ini diajak karena mamanya sudah meninggal pada tahun 2004. Harga untuk weekdays adalah Rp 1.125.000, harga weekend Jumat Rp 1.363.000, dan harga weekend Sabtu & libur Rp 1.583.500.

Letak cottage kami bersebelahan. Dari semua tipe kamar yang ada di Hotel Sumber Alam, Suite Arileu adalah kamar yang termahal. Karena semua kamar yang lain sudah penuh oleh karyawan & guru BPK Penabur, dua yang tersisa ini buat kami dan Awi. Inilah untungnya menjalin hubungan pertemanan, selalu mendapat fasilitas lebih. Kita selalu take and give. Ya, karena dalam tahun 2006 itu saya masih akan menggunakan jasa Citra Jaya Lestari untuk mengelola acara jalan-jalan kami ke Baturaden, Bali, dan Bandung.

Semua bangunan yang berupa cottage di Sumber Alam ini dibuat di atas kolam, dinding dan lantainya terbuat dari kayu/papan, dan atapnya dari ijuk. Di kolam tersebut terlihat ikan berwarna-warni yang berseliweran dan boleh kita pancing loh. Tapi, kita pasti kena charge untuk ikan yang terpancing tersebut. Selain ikan, di kolam tersebut juga terlihat bunga-bunga teratai berwarna merah muda. Kolam renang yang ada berair panas alami karena di daerah tersebut terkenal dengan sumber air panas alami.

Cottage kami terdiri dari dua lantai, dengan dua kamar, yaitu kamar atas dan kamar bawah yang lebih besar. Ada ruang tamu, ruang makan, kamar mandi dengan kolam air dingin, dan whirlpool (kolam rendam yang ada pusaran airnya) berair panas, yang terletak di belakang cottage. Teras bagian depan menghadap kolam. Kita bisa tidur-tiduran atau atau duduk-duduk di situ sambil memancing. Kalau malam, tempat ini romantis banget buat berduaan dengan pasangan. Kalau gak percaya, buktiin aja!

Karena badan penat setelah duduk sekitar 6 jam di bus, kami bertiga – aku, Ana, Wiwin – memutuskan untuk berendam di whirlpool. Jadi, pukul 20.00 itu kami berendam sekalian mandi. Air panas kan bisa untuk terapi, yaitu melancarkan peredaran darah. Wow, airnya benar-benar panas! Air panas alami tersebut tidak mandeg, tetapi mengalir terus, dan terbuang ke kolam. Kami masukkan kaki dulu, baru masuk sedikit demi sedikit sampai sebatas leher. Rasanya pengen berendam terus, tapi karena waktu semakin malam terpaksa acara berendam itu kami sudahi pukul 21.30. Aaah, penat-penat lenyap dan segar kembali!

Whirlpool tersebut berdindingkan bambu utuh yang disusun rapat, berlantaikan batu-batu kali, beratapkan langit, dan air panasnya mengalir dengan deras. Di kamar mandinya yang cukup luas juga terdapat kolam rendam dengan air dingin yang mengalir deras. Kalau kita tidak mau berendam, kita bisa mandi dengan menggunakan shower.
Selesai berendam, kami pergi keluar hotel beramai-ramai – semua penghuni kamar kami, Heru, Awi, dan Vicki – untuk mencari minuman penghangat badan, yaitu bandrek dan bajigur di sekitar hotel. Ternyata, tak jauh dari hotel ada warung yang menjual minuman tersebut. Aku memesan bandrek, yaitu minuman yang terbuat dari jahe, daun sereh, dan gula aren yang direbus. Akan lebih nikmat rasanya apabila ditambahkan susu kental manis dalam penyajiannya. Di rumah si mbak sering membuat bandrek tersebut. Dan, rasanya mantap! Tak berbeda jauh dengan bandrek, bajigur juga terbuat dari gula aren, santan, kolang-kaling, dan rempah-rempah. Dalam penyajiannya, bagi yang suka bisa ditambahkan susu. Semua minuman dan makanan – mie rebus & makanan kecil – yang kami pesan dibayar oleh Awi. Kami kembali ke hotel pukul 23.00. Waktunya untuk beristirahat.

Keesokan harinya, sebelum sarapan, kusempatkan diri untuk berfoto ria dengan Ana. Sayang, cuma sedikit fotonya karena kami harus cepat-cepat sarapan dan harus check out pukul 09.00. Dalam perjalanan ke ruang makan terlihat Gunung Papandayan di kejauhan. Sayang sekali tempat sebagus ini hanya dapat kami nikmati beberapa jam saja.

Kukira menu breakfast-nya biasa-biasa saja, ternyata dugaanku keliru. Ada berbagai hidangan yang bisa kita nikmati, seperti omelet, nasi goreng, bubur spesial, sosis goreng, roti panggang, aneka salad, aneka jus buah segar, dan minuman lain yang sudah umum. Kuambil bubur sedikit, hmm yummy! Kuambil lagi omelet, salad, jus jeruk, dan beberapa potong sosis yang digoreng tidak terlalu kering. Sosisnya enak, berbeda rasanya dengan sosis di supermarket. Setelah sarapan, kami meninggalkan Garut untuk melanjutkan perjalanan menuju Bandung.

Sebenarnya di Garut ada objek wisata yang lebih bagus daripada Situ Bagendit – yang kami kunjungi pertama kali --, yaitu Danau Cangkuang. Danau Cangkuang tersebut terletak di Desa Cangkuang, Leles, Garut. Di tengah danau terdapat pulau kecil dan di situ ada candi agama Hindu. Danaunya ditumbuhi bunga teratai berwarna merah muda. Waktu kutanyakan kepada Awi, kenapa memilih Situ Bagendit. Katanya, yang mengatur panitia, orang-orang Sekretariat BPK Penabur, padahal Awi sudah membuat rencana perjalanan dengan memasukkan Danau Cangkuang sebagai objek kunjungan.